Sewindu Gema Perdamaian; Heal the World Make It Better Real


Kata orang bijak, manakala sekelompok anak manusia secara bersamaan melantunkan doa sesuai kepercayaan dan keyakinannya masing masing, demi kemuliaan dan kedamaian semesta raya maka kekuatan doa itu akan terus bergema sampai ratusan tahun lamanya.

Tercatat dalam sejarah, sewindu yang lalu serangan bom telah menewaskan ratusan orang di Kuta-Bali. Belum hilang trauma itu, tiga tahun berikutnya serangan serupa terjadi lagi di beberapa titik kawasan pariwisata Bali. Duhai kekerasan, apakah itu yang dimuliakan atas nama agama?

Suatu sore di monumen Bajra Sandhi Renon tampak orang-orang berkumpul dengan dominasi pakaian berwarna biru dan pakaian adat berwarna putih tengah melakukan padayatra, suatu ritus, berjalan mengelilingi Monumen Bajra Sandhi sembari mengusung selembar kain putih panjang dengan rapal doa-doa dan suara gamelan. Demikian prosesi itu hingga berhenti kembali di titik semula, di monumen Bajra Sandhi. Di tempat itulah Gema Perdamaian digelar tiap tahunnya, dan di tahun ini telah memasuki perayaan ke delapan.

Suguhan musik gender dari Puri Gede Karangasem membuka acara. Sekelompok anak-anak kemudian menarikan tarian rejang diiringi alunan gender. Sesudahnya empat orang perempuan melantunkan lagu yang syairnya berisikan ragam penyebutan salam damai, amitabha, swastyastu, assalamwualaikum. 

Beberapa pejabat seperti mantan Gubernur Jakarta berserta istri, Kapolda Bali, Bupati Tabanan, Gubernur beserta istri serta tokoh masing-masing agama dan seluruh undangan hadir untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Seusai beberapa atraksi, lalu Bapak Gubernur Bali diundang untuk menyampaikan sepatah dua patah kata.

Dalam pidato itu, dikumandangkan berkali-kali ajakan untuk menyebar kedamaian. Disampaikan agar kita mulai dengan membawa kedamaian ke dalam rumah tangga masing-masing karena dengan itu niscaya dunia bisa damai. Serta diharapkan juga adanya aktualisasi nilai-nilai agama untuk menyebar kedamaian. Semoga damai di hati, semoga damai di bumi, semoga damai senantiasa.

Satu Jiwa Satu Saudara
Tidak hanya terorisme yang perlu diberantas, sejatinya segala bentuk jalan kekerasan itu lah yang harus dihindari.Belakangan kerap konflik-konflik kekerasan berlatar agama, ras, atau kepentingan lain susul menyusul hadir dibicarakan dalam media.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyampaikan dalam pidatonya, agar kita selalu waspada akan segala hal yang dapat memecah belah kita sebagai kesatuan bangsa yang berideologikan pancasila, dari perbuatan teror dan radikalisme dan kekerasan serta memaksakan kehendak.

Perayaan ini sepatutnya menjadi momentum untuk berpikir ulang bagaimana meredam konflik tidak dengan jalan kekerasan. “Sewindu gema perdamaian, melalui doa-doa perdamaian dari semua umat beragama diharapkan mampu membangkitkan energi positif dari alam serta memancar ke semesta alam”, ungkap Gubernur Bali dalam pidatonya.

Hal tersebut, lanjutnya lagi semoga akan berimbas ke suasana kehidupan yang hening, damai dan mampu meningkatkan nilai-nilai prinsip persamaan, permusyawaratan, toleransi, keadilan serta taat akan nilai-nilai yang sudah disepakati bersama. “Nilai-nilai itu bukan sekadar dipaksakan dalam implementasinya, tetapi nilai-nilai itu menjadi kepatutan dan keniscayaan yang lahir dari kesadaran individu, pemeluknya hingga akan tercipta kultur budaya yang dinamis dan harmonis”, tegas Gubernur Bali dalam pidatonya.

Disebutkan juga bahwa setiap agama memberikan makna kemuliaan bagi umatnya, sebagai tuntunan untuk menumbuhkan budi pekerti. “Pemahaman ini dipelihara agar mampu mewujudkan kedamaian, keamanan, kesejahteraan atau mandara di pulau dewata”, ungkapnya. Selalu menghormati tatanan nilai-nilai hidup bermasyarakat dan beragama sebagai proses adaptasi dan akulturasi dalam kehidupan sosial agar tidak menimbulkan benturan-benturan, sarannya lagi.

Doa, Sebuah Kekuatan Sebuah Keniscayaan
Senja belum sempurna membenam ketika doa-doa yang dipimpin tokoh lintas agama mulai berkumandang. Seorang lelaki, diantara kumpulan orang itu lalu memecah hening, “Kata orang bijak manakala sekelompok anak manusia secara bersamaan melantunkan doa sesuai kepercayaan dan keyakinannya masing masing, demi kemuliaan dan kedamaian semesta raya maka kekuatan doa itu akan terus bergema sampai ratusan tahun lamanya.

Obor-obor yang telah dipajang di area panggung kemudian satu persatu dinyalakan. Langit belum gelap benar, dan lilin-lilin itu pun dinyalakan. Api dalam obor dan lilin itu diumpamakan sebagai semangat perdamaian yang harus tetap menyala dan dijaga. Lalu bersama sebuah lagu Heal The World burung-burung dara diterbangkan terbang bebas di udara membawa pesan perdamaian dunia.

Mengutip isi pidato Gubernur Bali,mari kita jaga perdamaian ini, mari kita jaga persaudaran ini dengan semangat persamaan dan toleransi yang tulus dari hati kita masing-masing. Lihat saja, kekerasan mana yang tidak mengakibatkan duka. Sebab kekerasan bukanlah jalan yang patut ditempuh. Ada satu tempat di hatimu, dan ku tahu itu adalah cinta. Tempat itu bisa tampak lebih cemerlang hari ke hari dan bila kau mau mencobanya, akan kau temukan bahwa tak perlu ada tangis. Tidak ada luka atau dukacita kau rasakan di tempat ini. Heal the world, make it a better place… (pad)

Leave a comment